Pada awalnya, nama yang menjadi cikal-bakal Tasikmalaya terdapat di daerah Sukapura. Sukapura dahulunya bernama Tawang atau Galunggung, sering juga disebut Tawang-Galunggung. Tawang berarti sawah atau tempat yang luas terbuka. Penyebutan Tasikmalaya menuncul setelah Gunung Galunggung meletus sehingga wilayah Sukapura berubah menjadi Tasik (danau, laut) dan malaya dari (ma) layah yang bermakna ngalayah (bertebaran) atau deretan pegunungan di pantai Malabar (India). Tasikmalaya mengandung arti keusik ngalayah, bermakna banyak pasir di mana-mana. Sang Mutiara dari Priangan Timur sebutan lain bagi kota ini, seiring dengan perkembangan kota ini.
Kabupaten ini dilalui oleh rantai gunung berapi di Pulau Jawa, di mana daerah ini secara alami memiliki tanah yang kaya dan subur, dan memberikan kelimpahan sumber daya air. Kabupaten Tasikmalaya juga berada rendah di rongga lereng gunung, yang memasok tangkapan curah hujan dan kawasan resapan air lebih banyak. Kelebihan tersebut didukung oleh iklim tropis hutan hujan di mana Kabupaten Tasikmalaya mendapatkan hujan deras.
Babancong
Babancong Tasikmalaya (https://iwansetia.blogspot.co.id)
Babancong terletak di pingir alun-laun Manonjaya, Tasikmalaya. Fungsi babancong adalah sebagai tempat inspektur upacara. Kanjeng Dalem beserta jajarannya pun selalu berada di babancong saat upacara. Pendopo Arja Winangun serta bersamaan pengembangan Masjid Manonjaya pada tahun 1834.
Stasiun Kereta Api
Stasiun Kereta Api Tasikmalaya (https://www.skyscrapercity.com)
Terletak di jalan Stasiun No. 8, Kelurahan Panglayungan, Kecamatan Tawang, Kabupaten Tasikmalaya. Stasiun Tasikmalaya terletak pada ketinggian +349 mdpl dan berada di bawah lingkup kerja PT KAI DAOP II Bandung. Stasiun Tasikmalaya melayani rute KA Ekonomi, Bisnis dan Eksekutif untuk perjalanan jalur selatan. Stasiun ini mulai dibangun sejak jaman penjajahan Belanda sekitar tahun 1890. Bangunan Stasiun Tasikmalaya kental dengan arsitektur Belanda dan saat ini setelah renovasi, di tengah-tengah atap stasiun dibuat undak seperti gedung sate.
Stasiun Kereta Api Tasikmalaya (https://id.wikipedia.org)
Jembatan kuno Cirahong Manonjaya
Jembatan Cirahong Manonjaya Tasikmalaya (https://www.viva.co.id/)
Jembatan sepanjang lebih dari 200 meter tersebut melintang di atas Sungai Citanduy. Bagian atas jembatan diperuntukkan untuk rel kereta api, sedangkan bagian bawahnya untuk kendaraan bermotor dan pejalan kaki. Jembatan ini sudah ada sejak tahun 1893, merupakan salah satu peninggalan penjajahan Belanda.
Penginapan Sunda
Terletak di jalan Tarumanagara, nomor 21 Kota Tasikmalaya, Jawa Barat. Rumah penginapan yang dimiliki oleh ibu kandungnya, Nyi Mas Enok berdiri sejak tahun 1928 hinga sekarang terus dipelihara.
Rumah penginapan dengan arsitektur layaknya bangunan kolonial pada zaman dulu dengan tembok dinding batu dan kusen dari kayu jati itu tampak terawat dan bersih.
Masih ada delapan bangunan dapat dikategorikan Benda Cagar Budaya (BCB) di Kabupaten Tasikmalaya, seperti Markas Kodim 0612 di jalan Otista, Bangunan Pool Bus Damri di jalan Tarumanegara, Bangunan Bank Bukopin, Toko Mebel Murah di jalan dr. Sukarjo, Gedung FKPPI di jalan Pemuda, dan Kantor BPPT Kab. Tasikmalaya, RS Bersalin Budi Kartini dan Rumah Tinggal Situ Gede, namun data tahun pembuatan bangunan, luas bangunan dan sebelumnya digunakan kegiatan apa, belum ada atau belum diketahui.
No comments:
Post a Comment